Jumat, 03 Januari 2014

Tingkah Laku Tauran Pada Remaja Akhir


TINGKAH LAKU TAURAN PADA REMAJA AKHIR
A.     PENDAHULUAN
Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Hal ini terbukti dengan terjadinya peristiwa -peristiwa tawuran para pelajar yang saat ini sedang maraknya terjadi. Tawuran saat ini juga sudah menjadi hal yang biasa bagi masyarakat.
Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota – kota besar di Indonesia merupakan sebuah fenomena yang menarik untuk di bahas. Perilaku pelajar yang anarkis berasal dari banyak faktor yang mempengaruhi baik faktor internal ataupun eksternal.
Perlikau tawuran pelajar bukan hanya mengakibatkan kerugian harta benda atau korban cidera tetapi bisa sampai merenggut nyawa orang lain. Di mata mereka nyawa tidak ada harganya, bahkan mereka merasa bangga jika berhasil membunuh pelajar sekolah lain yang mereka anggap musuh mereka.
Di tahun 2013, Siswa SMAN 6 Jakarta meninggal dunia karena terbacok oleh siswa SMAN 70 Jakarta. Apakah ini hasil dari pendidikan untuk bangsa kita?
Oleh karena itu, Perlu dibahas secara keseluruhan tentang aksi tawuran pelajar. Karena jika hal ini terus dibiarkan maka bangsa kita akan semakin hancur, hapuslah kekerasan dalam citra bangsa kita.
B.     PEMBAHASAN
1.      Pengertian Tauran Pada Remaja Akhir
Masa remaja, menurut Mappiare, berlangsung antara umur 12-21 tahun bagi wanita, dan 13-22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12/13 tahun sampai dengan 17/18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17/18 tahun sampai dengan  21/22 tahun adalah remaja akhir.[1]
Dari pembagian Mappiare tersebut, dapat kita simpulkan bahwa Masa remaja akhir ialah masa ketika seseorang individu berada pada usia 17/18 tahun sampai dengan  21/22 tahun. Dimana saat usia ini rata-rata setiap remaja memasuki sekolah menengah tingkat atas. Ketika remaja duduk dikelas terakhir biasanya orang tua menganggapnya hampir dewasa dan berada diambang perbatasan untuk memasuki dunia kerja orang dewasa.
Masa remaja adalah masa goncang yang terkenal dengan berkecambuknya perubahan-perubahan emosional. Elizaberth mengatakan bahwa masa remaja adalah masa “badai dan takanan”.[2] Suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar, atau perubahan jasmaniah, terutama perubahan hormon seks.
Menurut Zakiah Daradjat, bahwa kegoncangan emosi itu tidak hanya disebabkan oleh perubahan hormon seks dalam tubuh saja, karena perubahan hormon itu mencapai puncaknya pada permulaan masa remaja awal, sementara perkembangan emosi mencapai puncaknya pada periode akhir. Oleh karena itu, kita bisa mengatakan bahwa kegoncangan emosi juga dapat berakibat dari suasana masyarakat dan keadaan ekonomi lingkungan remaja.[3]
Kegoncangan-kegoncangan emosi yang terjadi pada remaja akhir menyebabkan remaja akhir melakukan tindakan menyimpang. Tindakan menyimpang itu salah satunya adalah tauran dikalangan pelajar.
Dalam kamus bahasa Indonesia tauran dapat diartikan sebagai perkelahian yang meliputi banyak orang. Secara umum, Tawuran adalah salah satu bentuk kenakalan remaja, yaitu kecenderungan sekelompok remaja untuk melakukan tindakan perkelahian terhadap sekelompok remaja lain yang dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain.

2.      Faktor Tingkah Laku Tauran
Menurut teori Kurt Lewin, prilaku individu merupakan hasil intraksi antar individu dan lingkungannya. Jadi, jika teori ini dihubungkan dengan faktor penyebab tauran, maka faktor tersebut adalah:
a.       Faktor Individu
Faktor individu ini terjadi di dalam diri individu itu sendiri yang berlangsung melalui prosesinternalisasi diri yang keliru dalam menyelesaikan permasalahan disekitarnya dan semuapengaruh yang datang dari luar. Remaja yang melakukan perkelahian biasanya tidak mampu melakukan adaptasi dengan lingkungan yang kompleks. Maksudnya, ia tidak dapat menyesuaikan diri dengan keanekaragaman pandangan, ekonomi, budaya dan berbagai keberagaman lainnya yang semakin lama semakin bermacam-macam. Para remaja yang mengalami hal ini akan lebih tergesa-gesa dalam memecahkan segala masalahnya tanpa berpikir terlebih dahulu apakah akibat yang akan ditimbulkan. Selain itu, ketidakstabilan emosi para remaja juga memiliki andil dalam terjadinya perkelahian.[4] Mereka biasanya mudah friustasi, tidak mudah mengendalikan diri, tidak peka terhadap orang-orang disekitarnya. Seorang remajabiasanya membutuhkan pengakuan kehadiran dirinya ditengah-tengah orang-orang sekelilingnya.
b.      Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan sangat memperngaruhi terjadinya tingkah laku agresi seperti tauran. Faktor lingkungan tersebut adalah:
1)      Faktor lingkungan keluarga
Keluarga adalah lingkungan utama yang dapat membentuk watak dan karakter manusia. Keluarga adalah lingkungan pertama dimana manusia melakukan komunikasi dan sosialisasi diri dengan manusia lain selain dirinya. Di keluarga pula manusia untuk pertama kalinya dibentuk baik sikap maupun kepribadiannya. Lembaga pendidikan keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama, karena didalam keluarga inilah tempat meletakkan dasar-dasar kepribadian anak.
Dalam ajaran Islam telah dinyatakan oleh Nabi Muhammad Saw dalam sabdanya yang berbunyi:

كلّ مولودٍ يولد على الفطرة وانّما ابواه يمجّسا نه او يهـوّ دانه او ينصّرانه
Artinya: “Setiap anak dilahirkan atas dasar fitrah,maka sesungguhnya kedua orang tuanyalah yang menjadikan dia Majusi, Yahudi dan Nasrani”
Keluarga adalah tempat dimana pendidikan pertama dari orangtua diterapkan. Jika seorang anak terbiasa melihat kekerasan yang dilakukan didalam keluarganya maka setelah ia tumbuh menjadi remaja maka ia akan terbiasa melakukan kekerasan karena inilah kebiasaan yang datang darikeluarganya. Selain itu, ketidak harmonisan keluarga juga bisa menjadi penyebab kekerasan yang dilakukan oleh remaja. Suasana keluarga yang menimbulkan rasa tidak aman dan tidak menyenangkan serta hubungan keluarga yang kurang baik dapat menimbulkan bahaya psikologis bagi setiap usia terutama pada masa remaja.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa salah satupenyebab kenakalan remaja dikarenakan tidak berfungsinya orang tua sebagai figure teladanyang baik bagi anak. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa salah satu penyebab kenakalan remaja dikarenakan tidak berfungsinya orang tua sebagai figure teladan yang baik bagi anak.[5] Jadi disinilah peran orangtua sebagai penunjuk jalan anaknya untuk selalu berprilaku baik.
2)      Faktor lingkungan sekolah
Sekolah tidak hanya untuk menjadikan para siswa ceradas secara akademik namun juga ceradas secara akhlaknya . Sekolah merupakan wadah untuk para siswa mengembangkan diri menjadi lebih baik. Namun, sekolah juga bisa menjadi wadah untuk siswa menjadi tidak baik, hal ini dikarenakan hilangnya kualitas pengajaran yang bermutu. Contohnya disekolah tidak jarangditemukan ada seorang guru yang tidak memiliki cukup kesabaran dalam mendidik anak muruidnya akhirnya guru tersebut menunjukkan kemarahannya melalui kekerasan. Hal ini bisasaja ditiru oleh para siswanya. Lalu disinilah peran guru dituntut untuk menjadi seorang pendidik yang memiliki kepribadian yang baik.
3)      Faktor Lingkungan Masyarakat
Lingkungan rumah dan lingkungan sekolah dapat mempengaruhi perilaku remaja. Seorang remaja yang tinggal di lingkungan rumah yang tidak baik akan menjadikan remaja tersebut ikut menjadi tidak baik. Kekerasan yang sering remaja lihat akan membentuk pola kekerasan dipikiran para remaja. Hal ini membuat remaja bereaksi anarkis. Tidak adanya kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu senggang oleh para pelajar disekitar rumahnya juga bisa mengakibatkan tawuran.
3.      Dampak Tingkah Laku Tauran terhadap Perkembangan Remaja Akhir
Tawuran yang dilakukan para remaja pelajar akan sangat memberikan dampak yang buruk bagi para remaja pelaku tawuran tersebut, dampak buruk ini akan mempengaruhi beberapa aspek kehidupan pelaku tawuran, yaitu:
a.       Aspek Akademis
Tindakan tawuran akan berdampak buruk bagi para remaja pelajar karena akan menggangu proses pembelajaran yang sedang para pelaku jalani, jika para pelajar diketahui menjadi pelaku tawuran maka sekolah akan memberikan hukuman seperti tidak dapat mengikuti pelajaran di sekolah untuk jangka waktu tertentu atau para pelaku akan diberikan hukuman seperti dikeluarkan dari sekolah sehingga tidak dapat melanjutkan sekolahnya kembali.
b.      Aspek Fisik
Tawuran dilakukan secara non-verbal dengan tindakan kekerasan dan akan berdampak buruk bagi para pelaku tawuran yang berkelahi akan menyebabkan cacat fisik atau luka-luka dan hal ini akan sangat merugikan para remaja yang seharusnya dapat melakukan berbagai kegiatan menjadi terbatas karena dampak pada fisik para pelaku tawuran tersebut.
c.       Aspek Psikologis
Dampak buruk bagi psikologis para remaja pelaku tawuran adalah pada masa perkembangan adolescence menuju adult. pembentukan kepribadian di mulai dari masa adolescene dan hal-hal yang mereka lakukan di masa adolescence akan membentuk kerpribadian sampai adult, seperti para remaja pelaku tawuran pelajar diajarkan kebiasaan untuk berkelahi dan menyelesaikan masalah dengan menggunakan kekerasan maka sampai besar nanti hal itu akan digunakan para pelaku tawuran pelajar untuk mencapai tujuannya. Proses pembentukan kepribadian para secara psikologi merupakan pendekatan The behavioral Approach, Miltenberger  mengatakan bahwa the behavioral approach memiliki tujuan agar manusia dapat menanamkan tindakan yang dilakukan membantu manusia tersebut dapat menjadi lebih baik. Namun pendekatan behavioral tidak akan berdampak baik jika hal-hal yang ditanamkan adalah hal negatif. Hal negatif yang dibiarkan akan menyebabkan kebiasaan yang terbaik di masa depan maka itu harus ada pengaturan seperti adanya hukuman agar hal negatif yang terjadi tidak dibiasakan. Jika para remaja terlibat menjadi pelaku tawuran dan diberikan hukuman akan membantu para remaja pelajar untuk tidak mengulang tindakan tersebut atau menjadikan kebiasaan dalam kehidupannya.

4.      Solusi Terhadap Tingkah Laku Tauran
Untuk mengatasi tindakan tauran, semua pihak dituntut untuk saling bekerja sama untuk mengatasi hal ini. Mulai dari orang tua, sekolah, masyarakat, penegak hokum, agama hinggga pemerintah.
a.       Peran keluarga,
Peran orang tua sangatlah penting , yaitu memberikan teladan bagi anak-anaknya. dan menjadi sumber solusi yang tepat untuk anaknya. sebab tidak ada orang tua yang ingin anakanya terjerumus. Maka orang tua juga harus melakukan tindakan antisipatif terhadap anak-anaknya. Termasuk melihat perkembangan emosional, intelektual, ataupun spiritual anak. Hal yang tidak kalah penting adalah komunikasi, sebab komunikasi adalah jembatan untuk melakukan pengontrolan terhadap anak. Baik komunikasi orang tua/keluarga terhadap anak, maupun komunikasi orang tua terhadap sekolah.
b.      Peran Sekolah
Sekolah juga bisa dikatakan sebagai pengontrol dan sekolah merupakan tempat menimba Ilmu. Disekolah, yang menjadi orang-tua anak didik  adalah guru. Guru mentransfer ilmu yang ada padaNya, dan diberikan kepada anak didik untuk menjadi bekal bagi anak didik. Baik itu mental, kerangka berpikir, intelektual, kedisiplinan, mengasah otak dan memberikan bahan pelajaran yang komunikatif, relevan, dan tidak terkesan monoton. Sekolah juga memberikan tempat bagi anak didik untuk mengasah minat atau bakat yang mereka miliki , misalnya  pada akhir pekan khusus untuk kegiatan ekstrakurikuler, pramuka, outbond, atau kegiatan yang bermanfaat lainnya.  Sehingga tidak menimbulkan kebosanan disekolah dan dapat mengantisipasi bolos sekolah , atau membuat onar serta  tindakan-tindakan yang memicu konflik , atau sebut saja tawuran.  Juga, sekolah bisa membuat suatu kegiatan atau seminar tentang dampak  negatif dari aksi bentrok atau tawuran, serta memberikan motivasi kepada pelajar/mahasiswa khususnya, untuk menggapai prestasi yang gemilang.
c.       Peran Masyarakat
Masyarakat juga berperan sebagai pengontrol, yang mana masyarakat juga tidak ingin terganggu akibat tawuran yang terjadi. Maka, warga/masyarakat ikut berperan untuk mencegah tawuran, misalnya ketika ada perkelahian antara pelajar segera melerai dan meminta bantuan pengaman setempat. Tindakan lainnya adalah mempererat hubungan antara masyarakat, apalagi dalam wilayah tersebut cukup majemuk terdapat berbagi ras, agama, atau suku. Misalnya mengadakan lomba persahabatan, lomba kebersihan, bakti sosial ataun acara kebudayaan yang diperankan oleh Pemuda/i untuk menanmkan kembali sikap luhur dan disiplin nenek moyang yang mendahului kita.
d.      Peran Penegak Hukum
Peran hukum dalam menanggulangi tawuran juga sangat penting. Hukum yang berbicara ketika terjadi masalha yang fatal atau yang harus selesai denga jalur hukum, akan tetapi hukum juga mempunyai peran untuk mengantisipasi tawuran, misalnya melakukan pemberitahuan kesekolah-sekolah, slogan di sekolah, di media, di fasilitas umum, dan memberikan contoh yang baik. Tidak hanya itu, aparat hukum juga mendekatkan diri dengan pemuda/i  dengan berintekasi atau membagun komunikasi yang baik. 
e.       Peran Agama
Agama dapat dikatakan pondasi kehidupan. Kita menganut agama serta berdoa sesuai kepercayaan masing-masing. Dengan beragama, diharapkan manpu menjadi bekal untuk menjadi pribadi yang teguh dan memberikan pengarahan terkusunya kaum muda bahwa tawuran bukanlah tindakan yang benar. Menerapkan sikap toleransi atau mengalah untuk kedamaian serta kepentingan bersama itu lebih penting.
f.       Peran Pemerintah
Peran pemerintah sebagai pengontrol sekolah, atau pengaman apakah telah menjalankan fungsi atau tugas serta kewenagannya untuk kesejahteraan masyarakat.
C.     PENUTUP
1.      Kesimpulan
Tawuran adalah salah satu bentuk kenakalan remaja, yaitu kecenderungan sekelompok remaja untuk melakukan tindakan perkelahian terhadap sekelompok remaja lain yang dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain.
Banyak dampak yang disebabkan dari tauran. Mulai dari dampak akademis, psikologis, hingga fisik. Untuk mengatasi hal ini, semua pihak hendaknya bekerja sama, mulai dari orang tua, sekolah, masyarakat hingga pemerintah.
2.      Kritik dan Saran
Hendaknya semua pihak bekerja sama untuk mengatasi tindakan tauran. Yang paling penting adalah orang tua. Isnya Allah dengan demikian seiring waktu masalah tindakan tauran dapat terhentaskan. 
D.     SUMBER
Ali, Muhammad dan Muhammad Asrori. 2004. Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta Didik). Jakarta: Bumi Aksara
Fatimah, Enung. 2006. Psikologi Perkembangan, (Perkembangan Peserta Didik). Bandung: VP. Pustaka Setia
Gunarsa, Singgih D. 1983. Psikologi PerkembanganAnak dan Remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia
Hurlock, Elizabeth B. 1991. Developmental Psychologi A. Life-Span Approach, Diterjemahkan: Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga



[1] Muhammad Ali dan Muhammad Asrori, Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta Didik), (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm. 9.
[2]Elizabeth B. Hurlock, Developmental Psychologi A. Life-Span Approach, Diterjemahkan: Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. (Jakarta: Erlangga, 1991), hlm. 206.

[3]Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan, (Perkembangan Peserta Didi), (Bandung: VP. Pustaka Setia, 2006), hlm.113
[4]Ibid.  
[5]Singgih D. Gunarsa, Psikologi PerkembanganAnak dan Remaja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,1983), Hal. 180