BAB II
PEMBAHASAN
STRES DAN EMOSI
A.
MENCEGAH
GANGGUAN EMOSI DAN STRES
Tidak ada
yang dapat menghindari stres dalam kehidupan. Namun yang penting bagaiman cara
mengadapi stres tanpa terkena dampak yang merugikan. Apa dampak stres?
Berdasarkan buku pedoman Kesehatan Jiwa dari Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat
Depkes, stres adalah reaksi seseorang, baik secara jasmani maupun kejiwaan
apabila ada tuntutan terhadap dirinya. Stres berpengaruh terhadap keadaan
jasmani dan kejiwaan. Dan reaksi seseorang terhadap stres juga berbeda-beda.
Reaksi yang bersifat jasmani yaitu jantung berdebar-debar, otot tegang, sakit
kepala, migren, sakit perut (kembung, perih dan mencret), letih dan lelah,
gangguan makan (tak nafsu makan atau makan berlebihan). Sedangkan reaksi yang
bersifat kejiwaan yakni cemas, kuatir berlebihan, takut, mudah tersinggung,
sulit memusatkan pikiran atau perhatian, bersifat ragu-ragu atau merasa rendah
diri, merasa kecewa, pemarah dan agresif. Pada tahap yang lebih berat dan
berlangsung lama, stres dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, asma, serangan
jantung, stroke, dan gangguan jiwa.
Para ahli
mengatakan bahwa stres dapat timbul sebagai akibat tekanan atau ketegangan yang
bersumber dari ketidakselarasan antara seseorang dengan lingkungannya. Dengan
perkataan lain, apabila sarana dan tuntutan tugas tidak selaras dengan kebutuhan
dan kemampuan seseorang, ia akan mengalami stres. Biasanya stres semakin kuat
apabila seseorang menghadapi masalah yang bertubi-tubi.[1]
Banyak
cara untuk mengatasi stres. Antara lain dengan memelihara kesehatan fisik
dengan makanan yang gizinya seimbang, istirahat yang cukup, berolah raga
teraktur, jangan merokok dan hindari narkoba. Selain itu, setiap perubahan itu
menimbulkan stres. Jangan membuat beberapa perubahan besar dalam waktu yang
berdekatan. Seperti pindah rumah, pindah kerja, menikahkan anak, dan
sebagainya. Berikan waktu untuk menyesuaikan diri terhadap setiap perubahan
yang baru. Dan bila Anda stres dapat juga dengan berpikir positif, pergi
menikmati hiburan, melaksanakan kegiatan yang anda sukai seperti memancing,
berkebun, dan menyanyi. Kegiatan ini dapat mengurangi dampak negatif dan stres.
Jadi jangan larut-larut hidup dalam keadaan stres. Tinggal bagaimana Anda
mencari cara mengatasinya.[2]
Ada
beberapa pendekatan dalam mencegah gangguan emosi dan stress
1.
Pendekatan Pribadi
Pada dasarnya stres perlu dikelola dan diatasi, paling tidak
dalam pikiran orang pernah berusaha untuk membiarkan atau menghindari kondisi,
situasi, dan peristiwa yang pernuh dengan tekanan. Tetapi, juga ada orang yang
berusaha untuk mengubah, mengelola atau mengatasinya secara tepat dan efektif.
Untuk pendekatan pribadi ini dapat menggunakan dua strategi, yaitu:[3]
a. Strategi Psikologis
Strategi psikologis ini menitik beratkan pada usaha
mengelola stres kerja untuk tujuan perubahan perilaku melalui:
1) Peningkatan kesadaran diri
Memahami gejala-gejala munculnya ketegangan secara lebih
dini dengan sikap wajar yang dalam bekerja merupakan salah satu cara efektif
untuk meningkatkan kesadaran diri dalam memahami stres kerja. Kesadaran diri
bertujuan untuk membantu menjernihkan pikiran seseorang agar dapat
mengendalikan emosi dan menghindari beban psikis dan stres kerja yang bersumber
dari kondisi, situasi, atau peristiwa dalam pekerjaannya.
2) Pengurangan ketegangan
Strategi yang digunakan dalam pengurangan ketegangan dalam
stres kerja ini adalah mencari tempat yang tenang untuk melakukan “meditasi”,
menempatkan posisi tubuh dengan nyaman dan rileks, memejamkan mata dan
melepaskan ketegangan otot-otot dengan mendengarkan pernapasan kita secara
teratus selama lebih kurang 15 hingga 20 menit. Tujuannya adalah agar dapat
menghilangkan perasaan-perasaan yang menegangkan yang ditimbulkan oleh
sekumpulan otot-otot yang mengalami ketegangan yang meliputi otot-otot tangan,
bagian tangan dari siku ke pergelangan tangan, bagian belakang, leher, wajah,
kaki, dan pergelangan kaki.
3) Konseling atau psikoterapi
Usaha yang dilakukan dalam konseling dan psikoterapi ini
adalah menemukan masalah dan sumber-sumber ketegangan yang dapat menimbulkan
stres kerja, menolong mengubah pandangan seseorang terhadap kondisi, situasi
atau peristiwa yang menimbulkan stres kerja, dan mengembangkan berbagai
alternatif untuk menentukan strategi yang peling tepat dalam menghadapi stres
kerja, menentukan tindakan, dan menilai hasil serta melakukan tindak lanjut.
b. Strategi Fisiologis
Strategi
fisiologis ini menitikberatkan pada usaha mengelola stres kerja untuk tujuan
melatih kesehatan fisik. Ilmu-ilmu medis telah menunjukkan bahwa perubahan
fisiologis dan biokimia yang dihasilkan melalui fisik/olahraga berperan positif
untuk mengurangi pengaruh-pengaruh stres kerja dengan mengadakan latihan fisik,
emosi dan pikiran yang menggelisahkan, mencemaskan, mudah marah, dan depresi.
Beberapa jenis latihan fisik di antaranya mengatur makan secara bijaksana,
berhenti merokok ataupun olahraga seperti renang, senam kebugaran jasmani,
badminton, basket, lari atau jalan pagi dan bersepeda.
2.
Pendekatan Organisasi
Dalam
setiap menghadapi stres kerja, individu diharapkan dapat lebih efektif dalam
mengatasi atau mengelolanya. Dengan demikian, dapat mengurangi adanya
pemborosan, mengurangi absensi kerja, dan prestasi kerja diharapkan dapat lebih
meningkat dalam organisasi. Untuk dapat mengatasi atau mengelola stres kerja
dengan cara yang efektif, individu diharapkan mempunyai program-program
pengelolaan stres kerja. Selanjutnya para peneliti juga menunjukkan bahwa
program-program pengelolaan stres kerja dalam suatu organisasi dapat menjadi
efektif untuk mengurangi stres kerja mereka.
Ada
beberapa cara yang digunakan untuk mengelola stres dalam organisasi, yaitu:[4]
a. Meningkatkan komunikasi.
Salah satu cara yang efektif untuk mengurangi ketidakjelasan
peran dan konflik adalah meningkatkan komunikasi yang efektif di antara manajer
dan karyawan, sehingga akan tampak garis-garis tugas dan tanggungjawab yang
jelas di antara keduanya. Situasi semacam ini dapat mengurangi timbulnya stres
kerja dalam organiasi.
b. Sistem penilaian prestasi dan sistem
ganjaran yang efektif
Sistem penilaian prestasi dan ganjaran yang efektif perlu
diberikan oleh manajer kepada karyawan mereka. Situasi semacam ini dapat
mengurangi ketidakjelasan peran dan konflik peran. Ketika ganjaran tersebut
berhubungan dengan prestasi kerjanya. Ia menyadari juga bahwa ia tergantung
jawab atas pekerjaan yang diberikan kepadanya. Situasi ini terjadi bila
hubungan di antara atasan dan bawahan berada dalam suasana kerja dan sistem
penilaian prestasi kerja efektif.
c. Meningkatkan partisipasi.
Pengelola perlu meningkatkan partisipasi terhadap proses
pengambilan keputusan, sehingga setiap karyawan yang ada dalam organisasi
mempunyai tanggung jawab bagi peningkatan prestasi kerja karyawan. Dengan
demikian, kesempatan partisipasi yang diberikan oleh manajer kepada
karyawan-karyawannya dalam menyumbangkan pikiran atau gagasan-gagasannya, memungkinkan
karyawan dapat meningkatkan prestasi dan kepuasan kerjanya dan mengurangi stres
kerjanya.
d. Memperkaya tugas.
Setiap manajer perlu memberikan dan memperkaya tugas kepada
karyawan agar mereka dapat lebih bertanggung jawab, lebih mempunyai makna tugas
yang dikerjakan, dan lebih baik dalam melaksanakan pengendalian serta umpan
balik terhadap produktivitas kerja karyawan baik secara kuantitas maupun
kualitas. Situasi semacam ini dapat meningkatkan motivasi kerja dan memenuhi
kebutuhan karyawan sehingga dapat mengurangi stres yang ada dalam diri mereka.
e. Mengembangkan keterampilan,
kepribadian, dan pekerjaan
Mengembangkan keterampilan, kepribadian dan pekerjaan
merupakan salah satu cara untuk mengelola stres kerja di dalam organisasi.
Pengembangan keterampilan dapat diperoleh melalui latihan-latihan yang sesuai
dengan kebutuhan karyawan dan organisasi atau pengembangan kepribadian yang
dapat mendukung usaha pengembangan pekerjaan baik secara kuantitas maupun
kualitas.
Program pengembangan manajemen stres melalui kecerdasan emosi dilakukan dengan cara, yaitu:[5]
a.
Mengelola
hubungan dengan orang lain. Mengembangkan hubungan-hubungan yang tulus dan
cerdas secara emosional dengan orang lain.
b.
Mengelola
lingkungan yaitu mencatat perubahan-perubahan yang terjadi pada tingkat stres,
pikiran apa yang anda harus lakukan terhadap perasaan anda, gunakan pikiran
positif dan luangkan waktu yang tepat agar anda mampu merasa senang dan segar.
c.
Mengelola
gaya hidup yaitu mengubah gaya hidup dengan menghilangkan penyebab-penyebab
stres, manajemen waktu secara efektif, lakukan olah raga secara fisik yang
aman, gunakan waktu istirahat yang cukup tetapi efektif.
d.
Mengelola
sikap dan reaksi-reaksi yaitu berusaha bersikap positif dan pro terhadap
kondisi dan situasi apapun dan kendalikan reaksi-reaksi yang memungkinkan
menambah stres.
B.
GANGGUAN
EMOSI DAN STRES SERTA BANTUAN MELALUI PELAYANAN KONSELING
Permasalahan emosi yang sering
dijumpai dalam konseling adalah:
1.
Sakit
hati (hurt)
Rasa sakit hati adalah pengalaman
yang dialami seseorang ketika terluka secara psikologis yang mengakibatkan
ganguan mental sehingga menimbulkan berbagai konflik dan rasa marah.
Ada tiga implikasi konseling dalam
hubungan penyebab sakit hati yaitu;
a) Respon awal konselor adalah
membiarkan klien mencurahkan rasa sakit hatinya selengkap mungkin.
b) Membantu klien memandang sakit hati
secara realistik.
c) Membantu klien yang sakit hati dalam
melakukan pembalasanterhadap perlakuan tertentu yang menyebabkan sakit hati.
Konselor harus berupaya
mengungkapkan sakit hati klien dengan memberikan sikap terbuka, dan hubungan
yang jujur, karna hal ini akan menghindari salah persepsi, salah
paham,kesalahan nilai-nilai.jalan terbaik adalah konelor harus menunjukkan
perasaan sakit hati itu dapat dijadikan sebagai pegangan klien untuk mencoba
memberikan reaksi yang baik dan tepat apabila menghadapi situasi dan kondisi
kehidupan yang sebenarnya,karena hal ini akan mempermudah konselor untuk
menyelesaikan permasalahan klien dalam proses konseling.
2.
Takut
(fear)
Rasa takut timbul dari antisipasi
terhadap anti fisik atau psikologis spesifik.ancaman psikologis merupakan
sumber utama timbulnya rasa takutyang dibawa pada umumnya oleh klien ke dalam
konseling.
Ada empat ketakutan yang di bawa
klien dalam proses konseling yaitu:
a. Takut terhadap keakraban
Ada empat
implikasi konseling terhadap takut keakraban:
1)
Konselor
meminta klien untuk mengatasi takut keakraban dalam hubungan konseling dalam
cara yang sama seperti di luar konseling.
2)
Konselor
membantu klien mengembangkan kopetensi psikologis yang diperlukan untuk
mendekati keakraban dengan penuh rasa percaya
3)
Konselor
menciptakan situasi sedemikian rupa sehingga klien dapat memasuki hubungan
konseling secara akrabdengan konselor sehingga memberikan dampak positif di
akhir konseling.
4)
Konselor
menyediakan waktu untuk menghadapi rasa takut.
b. Takut terhadap penolakan.
Ada empat implikasi dalam konseling
yang dapat diterapkan dalam kaitannya dengan ketakutan penolakan yaitu:
1)
Konselor
dapat membantu klien dengan meyakinkan klien bahwa hal-hal yang dipersepsi
negatif belumtentu semuanya negatif.
2)
Membantu
klien menetapkan prioritas yang tinggi untuk menjadi terbuka dengan orang lain.
3)
Konselor
dapat meyakinkan diri klien dalam memperoleh pemahaman yang sebenarnya.
4)
Konselor
harus menjadi rujukan klien dan memberi contoh dengan dirinya sendiri.
c. Takut terhadap kegagalan.
Empat implikasi konseling dalam
menghadapi klien yang takut terhadap kegagalan yaitu:
1)
Dengan
meyakinkan dan mengajak klien untuk lebih konstruktif.
2)
Mengembangkan
gambaran kekuatan dan kelemahan klien secara realistis.
3)
Membawa
klien bahwa untuk mencapai sukses terdapat tahapan-tahapan yang didalamnya
mengandung serangkaian sukses dan kegagalan yang harus disikapi secara
realistis.
4)
Menunjukkan
sikap yang benar dan jangan menunjukkan sikap yang sama dengan klien.
d. Takut terhadap kebahagiaan.
Lima implikasi terhadap konseling
dalam menghadapi klien yang merasa takut terhadap kebahagiaan adalah sebagai
berikut:
1)
Konselor
membantu klien dalam mengatasi ketakutannya trhadap kebahagiaan dengan cara
mendorong klien agar bersifat jujur dan mau melakukan perubahan terhadap diri
klien.
2)
Konseior
meyakinkan klien bahwa takut terhadap kebahagiaan itu sebagai tantangan dan
membantu klien agar mampu mengatasi tantangan itu untuk menuju kebahagiaan.
3)
Membantu
klien dalam menghilangkan ketakutan,kemarahan, kebosanan,dan rasa bersalah yang
menyebabkan penolakan terhadap kebahagiaan.
4)
Membantu
klien mempersiapkan diri untuk keluar dari penjara ketakutan dan hidup dalam
kebahagian.
5)
Konselor
sendiri harus mampu menjadi model orang yang tidak takut kebahagian.
3.
Marah
Dalam konseling konselor harus bisa
memahami menifestasi dan dinamika marah terhadap diri sendiri agar bisa
membantu klien untuk mengatasi masalah yang timbul karena marah terhadap diri sendiri.konselor
membantu klien melihat realitas dan mengembangkan penyaluran marah melalui
cara-cara yang sehat dan konstruktif.suasana konseling harus tercipta
sedemikian rupa sehingga klien dapat pengalaman mengendalikan marah terhadap
dirinya sendiri.
4.
Rasa
bersalah.
Rasa bersalah adalah perasan tidak
nyaman atau gundah atau malu pada saat seseorang melakukan kesalahan,keburukan
atau amoral.
Konselor harus dapat membantu klien
apa bila merasakan rasa bersalah dan membantu mereka apabila rasa bersalah itu
benar atau salah, kemudian menemukan cara yang tepat untuk menghindari masalah
yang timbul. Konselor harus memahami adanya tiga macam rasa bersalah yaitu:
1)
Rasa
bersalah psikologis, yang terjadi apabila individu berperilaku yang
bertentangan dengan konsep dirinya.
2)
Rasa
brsalah sosial,yang terjadi karena perilaku yang dirasakan bertentangan dengan
aturan-aturan sosial.
3)
Rasa
bersalah religi, yang timbul karena berperilaku bertentangan dengan
kaidah-kaidah agama.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Banyak cara untuk mengatasi stres.
Antara lain dengan memelihara kesehatan fisik dengan makanan yang gizinya
seimbang, istirahat yang cukup, berolah raga teraktur, jangan merokok dan
hindari narkoba.
Stres dapat diatasi dengan
pendekatan pribadi dan organisasi. Mengatasi stres dengan pendekatan pribadi dapat dilakukan dengan
cara berusaha untuk mengubah, mengelola atau mengatasi stres secara tepat dan
efektif. Misalnya dengan mengurangi ketegangan dan meningkatkan kesadaran diri.
Mengatasi stres dengan pendekatan organisasi dapat dilakukan dengan cara
memperat kamunikasi, meningkatkan partisipasi dsb.
B.
Kritik
dan Saran
Kami
menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritikan dan saran dari semua pihak untuk kemajuan
kami di masa datang.
DAPTAR PUSTAKA
Mangkunegara, Anwar Prabu.
2006. Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Refika
Aditama
Siagian, Sondang P.
2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara
Wijono, Ustarto. 2010. Psikologi Industri & Organisasi.
Jakarta: Kencana
[1]Sondang P. Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2006), Hal. 300
[3]Ustarto Wijono, Psikologi Industri & Organisasi,
(Jakarta: Kencana, 2010), Hal. 139- 140.
[5]Anwar
Prabu Mangkunegara, Perencanaan dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Bandung: Refika Aditama, 2006), Hal.
181-183.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar