Sabtu, 29 Maret 2014

TEKLAB II : Emosi dan Stres (Lanjutan)



BAB II
PEMBAHASAN

STRES DAN EMOSI
A.    MENCEGAH GANGGUAN EMOSI DAN STRES
Tidak ada yang dapat menghindari stres dalam kehidupan. Namun yang penting bagaiman cara mengadapi stres tanpa terkena dampak yang merugikan. Apa dampak stres? Berdasarkan buku pedoman Kesehatan Jiwa dari Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat Depkes, stres adalah reaksi seseorang, baik secara jasmani maupun kejiwaan apabila ada tuntutan terhadap dirinya. Stres berpengaruh terhadap keadaan jasmani dan kejiwaan. Dan reaksi seseorang terhadap stres juga berbeda-beda. Reaksi yang bersifat jasmani yaitu jantung berdebar-debar, otot tegang, sakit kepala, migren, sakit perut (kembung, perih dan mencret), letih dan lelah, gangguan makan (tak nafsu makan atau makan berlebihan). Sedangkan reaksi yang bersifat kejiwaan yakni cemas, kuatir berlebihan, takut, mudah tersinggung, sulit memusatkan pikiran atau perhatian, bersifat ragu-ragu atau merasa rendah diri, merasa kecewa, pemarah dan agresif. Pada tahap yang lebih berat dan berlangsung lama, stres dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, asma, serangan jantung, stroke, dan gangguan jiwa.
Para ahli mengatakan bahwa stres dapat timbul sebagai akibat tekanan atau ketegangan yang bersumber dari ketidakselarasan antara seseorang dengan lingkungannya. Dengan perkataan lain, apabila sarana dan tuntutan tugas tidak selaras dengan kebutuhan dan kemampuan seseorang, ia akan mengalami stres. Biasanya stres semakin kuat apabila seseorang menghadapi masalah yang bertubi-tubi.[1]
Banyak cara untuk mengatasi stres. Antara lain dengan memelihara kesehatan fisik dengan makanan yang gizinya seimbang, istirahat yang cukup, berolah raga teraktur, jangan merokok dan hindari narkoba. Selain itu, setiap perubahan itu menimbulkan stres. Jangan membuat beberapa perubahan besar dalam waktu yang berdekatan. Seperti pindah rumah, pindah kerja, menikahkan anak, dan sebagainya. Berikan waktu untuk menyesuaikan diri terhadap setiap perubahan yang baru. Dan bila Anda stres dapat juga dengan berpikir positif, pergi menikmati hiburan, melaksanakan kegiatan yang anda sukai seperti memancing, berkebun, dan menyanyi. Kegiatan ini dapat mengurangi dampak negatif dan stres. Jadi jangan larut-larut hidup dalam keadaan stres. Tinggal bagaimana Anda mencari cara mengatasinya.[2]
Ada beberapa pendekatan dalam mencegah gangguan emosi dan stress
1.      Pendekatan Pribadi
Pada dasarnya stres perlu dikelola dan diatasi, paling tidak dalam pikiran orang pernah berusaha untuk membiarkan atau menghindari kondisi, situasi, dan peristiwa yang pernuh dengan tekanan. Tetapi, juga ada orang yang berusaha untuk mengubah, mengelola atau mengatasinya secara tepat dan efektif. Untuk pendekatan pribadi ini dapat menggunakan dua strategi, yaitu:[3]
a.       Strategi Psikologis
Strategi psikologis ini menitik beratkan pada usaha mengelola stres kerja untuk tujuan perubahan perilaku melalui:
1)      Peningkatan kesadaran diri
Memahami gejala-gejala munculnya ketegangan secara lebih dini dengan sikap wajar yang dalam bekerja merupakan salah satu cara efektif untuk meningkatkan kesadaran diri dalam memahami stres kerja. Kesadaran diri bertujuan untuk membantu menjernihkan pikiran seseorang agar dapat mengendalikan emosi dan menghindari beban psikis dan stres kerja yang bersumber dari kondisi, situasi, atau peristiwa dalam pekerjaannya.
2)      Pengurangan ketegangan
Strategi yang digunakan dalam pengurangan ketegangan dalam stres kerja ini adalah mencari tempat yang tenang untuk melakukan “meditasi”, menempatkan posisi tubuh dengan nyaman dan rileks, memejamkan mata dan melepaskan ketegangan otot-otot dengan mendengarkan pernapasan kita secara teratus selama lebih kurang 15 hingga 20 menit. Tujuannya adalah agar dapat menghilangkan perasaan-perasaan yang menegangkan yang ditimbulkan oleh sekumpulan otot-otot yang mengalami ketegangan yang meliputi otot-otot tangan, bagian tangan dari siku ke pergelangan tangan, bagian belakang, leher, wajah, kaki, dan pergelangan kaki.
3)      Konseling atau psikoterapi
Usaha yang dilakukan dalam konseling dan psikoterapi ini adalah menemukan masalah dan sumber-sumber ketegangan yang dapat menimbulkan stres kerja, menolong mengubah pandangan seseorang terhadap kondisi, situasi atau peristiwa yang menimbulkan stres kerja, dan mengembangkan berbagai alternatif untuk menentukan strategi yang peling tepat dalam menghadapi stres kerja, menentukan tindakan, dan menilai hasil serta melakukan tindak lanjut.
b.      Strategi Fisiologis
Strategi fisiologis ini menitikberatkan pada usaha mengelola stres kerja untuk tujuan melatih kesehatan fisik. Ilmu-ilmu medis telah menunjukkan bahwa perubahan fisiologis dan biokimia yang dihasilkan melalui fisik/olahraga berperan positif untuk mengurangi pengaruh-pengaruh stres kerja dengan mengadakan latihan fisik, emosi dan pikiran yang menggelisahkan, mencemaskan, mudah marah, dan depresi. Beberapa jenis latihan fisik di antaranya mengatur makan secara bijaksana, berhenti merokok ataupun olahraga seperti renang, senam kebugaran jasmani, badminton, basket, lari atau jalan pagi dan bersepeda.
2.      Pendekatan Organisasi
Dalam setiap menghadapi stres kerja, individu diharapkan dapat lebih efektif dalam mengatasi atau mengelolanya. Dengan demikian, dapat mengurangi adanya pemborosan, mengurangi absensi kerja, dan prestasi kerja diharapkan dapat lebih meningkat dalam organisasi. Untuk dapat mengatasi atau mengelola stres kerja dengan cara yang efektif, individu diharapkan mempunyai program-program pengelolaan stres kerja. Selanjutnya para peneliti juga menunjukkan bahwa program-program pengelolaan stres kerja dalam suatu organisasi dapat menjadi efektif untuk mengurangi stres kerja mereka.
Ada beberapa cara yang digunakan untuk mengelola stres dalam organisasi, yaitu:[4]
a.       Meningkatkan komunikasi.
Salah satu cara yang efektif untuk mengurangi ketidakjelasan peran dan konflik adalah meningkatkan komunikasi yang efektif di antara manajer dan karyawan, sehingga akan tampak garis-garis tugas dan tanggungjawab yang jelas di antara keduanya. Situasi semacam ini dapat mengurangi timbulnya stres kerja dalam organiasi.
b.      Sistem penilaian prestasi dan sistem ganjaran yang efektif
Sistem penilaian prestasi dan ganjaran yang efektif perlu diberikan oleh manajer kepada karyawan mereka. Situasi semacam ini dapat mengurangi ketidakjelasan peran dan konflik peran. Ketika ganjaran tersebut berhubungan dengan prestasi kerjanya. Ia menyadari juga bahwa ia tergantung jawab atas pekerjaan yang diberikan kepadanya. Situasi ini terjadi bila hubungan di antara atasan dan bawahan berada dalam suasana kerja dan sistem penilaian prestasi kerja efektif.
c.       Meningkatkan partisipasi.
Pengelola perlu meningkatkan partisipasi terhadap proses pengambilan keputusan, sehingga setiap karyawan yang ada dalam organisasi mempunyai tanggung jawab bagi peningkatan prestasi kerja karyawan. Dengan demikian, kesempatan partisipasi yang diberikan oleh manajer kepada karyawan-karyawannya dalam menyumbangkan pikiran atau gagasan-gagasannya, memungkinkan karyawan dapat meningkatkan prestasi dan kepuasan kerjanya dan mengurangi stres kerjanya.
d.       Memperkaya tugas.
Setiap manajer perlu memberikan dan memperkaya tugas kepada karyawan agar mereka dapat lebih bertanggung jawab, lebih mempunyai makna tugas yang dikerjakan, dan lebih baik dalam melaksanakan pengendalian serta umpan balik terhadap produktivitas kerja karyawan baik secara kuantitas maupun kualitas. Situasi semacam ini dapat meningkatkan motivasi kerja dan memenuhi kebutuhan karyawan sehingga dapat mengurangi stres yang ada dalam diri mereka.

e.       Mengembangkan keterampilan, kepribadian, dan pekerjaan
Mengembangkan keterampilan, kepribadian dan pekerjaan merupakan salah satu cara untuk mengelola stres kerja di dalam organisasi. Pengembangan keterampilan dapat diperoleh melalui latihan-latihan yang sesuai dengan kebutuhan karyawan dan organisasi atau pengembangan kepribadian yang dapat mendukung usaha pengembangan pekerjaan baik secara kuantitas maupun kualitas.
Program pengembangan manajemen stres melalui kecerdasan emosi  dilakukan dengan cara, yaitu:[5]
a.       Mengelola hubungan dengan orang lain. Mengembangkan hubungan-hubungan yang tulus dan cerdas secara emosional dengan orang lain. 
b.       Mengelola lingkungan yaitu mencatat perubahan-perubahan yang terjadi pada tingkat stres, pikiran apa yang anda harus lakukan terhadap perasaan anda, gunakan pikiran positif dan luangkan waktu yang tepat agar anda mampu merasa senang dan segar.
c.        Mengelola gaya hidup yaitu mengubah gaya hidup dengan menghilangkan penyebab-penyebab stres, manajemen waktu secara efektif, lakukan olah raga secara fisik yang aman, gunakan waktu istirahat yang cukup tetapi efektif. 
d.       Mengelola sikap dan reaksi-reaksi yaitu berusaha bersikap positif dan pro terhadap kondisi dan situasi apapun dan kendalikan reaksi-reaksi yang memungkinkan menambah stres.
B.     GANGGUAN EMOSI DAN STRES SERTA BANTUAN MELALUI PELAYANAN KONSELING
Permasalahan emosi yang sering dijumpai dalam konseling adalah:
1.      Sakit hati (hurt)
Rasa sakit hati adalah pengalaman yang dialami seseorang ketika terluka secara psikologis yang mengakibatkan ganguan mental sehingga menimbulkan berbagai konflik dan rasa marah.
Ada tiga implikasi konseling dalam hubungan penyebab sakit hati yaitu;
a)      Respon awal konselor adalah membiarkan klien mencurahkan rasa sakit hatinya selengkap mungkin.
b)      Membantu klien memandang sakit hati secara realistik.
c)      Membantu klien yang sakit hati dalam melakukan pembalasanterhadap perlakuan tertentu yang menyebabkan sakit hati.
Konselor harus berupaya mengungkapkan sakit hati klien dengan memberikan sikap terbuka, dan hubungan yang jujur, karna hal ini akan menghindari salah persepsi, salah paham,kesalahan nilai-nilai.jalan terbaik adalah konelor harus menunjukkan perasaan sakit hati itu dapat dijadikan sebagai pegangan klien untuk mencoba memberikan reaksi yang baik dan tepat apabila menghadapi situasi dan kondisi kehidupan yang sebenarnya,karena hal ini akan mempermudah konselor untuk menyelesaikan permasalahan klien dalam proses konseling.
2.      Takut (fear)
Rasa takut timbul dari antisipasi terhadap anti fisik atau psikologis spesifik.ancaman psikologis merupakan sumber utama timbulnya rasa takutyang dibawa pada umumnya oleh klien ke dalam konseling.
Ada empat ketakutan yang di bawa klien dalam proses konseling yaitu:
a.       Takut terhadap keakraban
Ada empat implikasi konseling terhadap takut keakraban:
1)       Konselor meminta klien untuk mengatasi takut keakraban dalam hubungan konseling dalam cara yang sama seperti di luar konseling.
2)       Konselor membantu klien mengembangkan kopetensi  psikologis yang diperlukan untuk mendekati keakraban dengan penuh rasa percaya
3)       Konselor menciptakan situasi sedemikian rupa sehingga klien dapat memasuki hubungan konseling secara akrabdengan konselor sehingga memberikan dampak positif di akhir konseling.
4)       Konselor menyediakan waktu untuk menghadapi rasa takut.
b.      Takut terhadap penolakan.
Ada empat implikasi dalam konseling yang dapat diterapkan dalam kaitannya dengan ketakutan penolakan yaitu:
1)       Konselor dapat membantu klien dengan meyakinkan klien bahwa hal-hal yang dipersepsi negatif belumtentu semuanya negatif.
2)       Membantu klien menetapkan prioritas yang tinggi untuk menjadi terbuka dengan orang lain.
3)       Konselor dapat meyakinkan diri klien dalam memperoleh pemahaman yang sebenarnya.
4)       Konselor harus menjadi rujukan klien dan memberi contoh dengan dirinya sendiri.
c.       Takut terhadap kegagalan.
Empat implikasi konseling dalam menghadapi klien yang takut terhadap kegagalan yaitu:
1)       Dengan meyakinkan dan mengajak klien untuk lebih konstruktif.
2)       Mengembangkan gambaran kekuatan dan kelemahan klien secara realistis.
3)       Membawa klien bahwa untuk mencapai sukses terdapat tahapan-tahapan yang didalamnya mengandung serangkaian sukses dan kegagalan yang harus disikapi secara realistis.
4)       Menunjukkan sikap yang benar dan jangan menunjukkan sikap yang sama dengan klien.
d.      Takut terhadap kebahagiaan.
Lima implikasi terhadap konseling dalam menghadapi klien yang merasa takut terhadap kebahagiaan adalah sebagai berikut:
1)       Konselor membantu klien dalam mengatasi ketakutannya trhadap kebahagiaan dengan cara mendorong klien agar bersifat jujur dan mau melakukan perubahan terhadap diri klien.
2)       Konseior meyakinkan klien bahwa takut terhadap kebahagiaan itu sebagai tantangan dan membantu klien agar mampu mengatasi tantangan itu untuk menuju kebahagiaan.
3)       Membantu klien dalam menghilangkan ketakutan,kemarahan, kebosanan,dan rasa bersalah yang menyebabkan penolakan terhadap kebahagiaan.
4)       Membantu klien mempersiapkan diri untuk keluar dari penjara ketakutan dan hidup dalam kebahagian.
5)       Konselor sendiri harus mampu menjadi model orang yang tidak takut kebahagian.
3.      Marah
Dalam konseling konselor harus bisa memahami menifestasi dan dinamika marah terhadap diri sendiri agar bisa membantu klien untuk mengatasi masalah yang timbul karena marah terhadap diri sendiri.konselor membantu klien melihat realitas dan mengembangkan penyaluran marah melalui cara-cara yang sehat dan konstruktif.suasana konseling harus tercipta sedemikian rupa sehingga klien dapat pengalaman mengendalikan marah terhadap dirinya sendiri.
4.      Rasa bersalah.
Rasa bersalah adalah perasan tidak nyaman atau gundah atau malu pada saat seseorang melakukan kesalahan,keburukan atau amoral.
Konselor harus dapat membantu klien apa bila merasakan rasa bersalah dan membantu mereka apabila rasa bersalah itu benar atau salah, kemudian menemukan cara yang tepat untuk menghindari masalah yang timbul. Konselor harus memahami adanya tiga macam rasa bersalah yaitu:
1)       Rasa bersalah psikologis, yang terjadi apabila individu berperilaku yang bertentangan dengan konsep dirinya.
2)       Rasa brsalah sosial,yang terjadi karena perilaku yang dirasakan bertentangan dengan aturan-aturan sosial.
3)       Rasa bersalah religi, yang timbul karena berperilaku bertentangan dengan kaidah-kaidah agama.




















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Banyak cara untuk mengatasi stres. Antara lain dengan memelihara kesehatan fisik dengan makanan yang gizinya seimbang, istirahat yang cukup, berolah raga teraktur, jangan merokok dan hindari narkoba.
Stres dapat diatasi dengan pendekatan pribadi dan organisasi. Mengatasi stres dengan  pendekatan pribadi dapat dilakukan dengan cara berusaha untuk mengubah, mengelola atau mengatasi stres secara tepat dan efektif. Misalnya dengan mengurangi  ketegangan dan meningkatkan kesadaran diri. Mengatasi stres dengan pendekatan organisasi dapat dilakukan dengan cara memperat kamunikasi, meningkatkan partisipasi dsb.

B.     Kritik dan Saran
Kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritikan dan saran dari semua pihak untuk kemajuan kami di masa datang.















DAPTAR PUSTAKA

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2006.  Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Refika Aditama
Siagian, Sondang P. 2006.  Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara
Wijono, Ustarto. 2010. Psikologi Industri & Organisasi. Jakarta: Kencana





[1]Sondang P. Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), Hal. 300
[3]Ustarto Wijono, Psikologi Industri & Organisasi, (Jakarta: Kencana, 2010), Hal. 139- 140.
[4]Ibid., Hal. 141-142
[5]Anwar Prabu Mangkunegara, Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Bandung: Refika Aditama, 2006), Hal. 181-183.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar