Selasa, 31 Desember 2013

Makalah Administrasi Pendidikan


ADMINISTRASI PENDIDIKAN
A.     PENDAHULUAN
Administrasi adalah kegiatan yang menduduki kedudukan sentral di dalam pembinaan dan pengembangan pada setiap kegiatan kerjasama sekelompok manusia, dalam bidang pendidikan juga harus ada administrasi yang mampu mengembangkan dan mencapai tujuan pendidikan. Karena pada lingkungan setiap lembaga pendidikan formal terdapat sejumlah manusia, baik yang berkedudukan sebagai pimpinan maupun sebagai tenaga pelaksana. Mereka tidak cukup dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan mengenai bidang pendidikan saja, akan tetapi harus dibekali pula dengan kemampuan bekerjasama dan kemampuan mengarahkan kerjasama itu guna mencapai tujuan lembaga pendidikan masing-masing.
Oleh karena itu, setiap petugas pendidikan perlu dibekali ilmu yang berkaitan dengan administrasi terutama para guru yang tidak cukup dengan bekal professional saja. Mereka harus mempunyai berbagai bekal pengetahuan, keterampilan dan keahlian dalam berbagai bidang.
Dalam tulisan ini akan dibahas  Pengertian, tujuan dan manfaat administrasi pendidikan serta implikasi administrasi pendidikan terhadap kepemimpinan, pengelola, sarana prasarana dan pengawas pendidikan.

B.     PEMBAHASAN
1.      Pengertian Administrasi Pendidikan
Kata administrasi menurut Asnawir (2005:1) berasal dari bahasa latin yang terdiri dari ad dan ministrare, kata ad artinya sama dengan kata to dalam bahasa Inggris yang berarti ke atau kepada, sedangkan kata ministrare yang dalam bahasa Inggris adalah serve yang berarti melayani, membantu atau mengarahkan. Dengan demikian dapat dipahami bahwa administrasi adalah kegiatan yang memberikan pelayanan, bantuan dan pengarahan kepada sesuatu untuk mencapai suatu tujuan.
Menurut Sondang (1974:2), administrasi adalah keseluruhan proses pelaksanaan daripada keputusan yang telah diambil dan pelaksanaan itu pada umumnya dilakukan oleh dua orang manusia atau lebih untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Dari pengertian yang telah dikemukakan oleh para ahli di atas, maka dapat dipahami bahwa administrasi adalah semua kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Ngalim (2005:8), administrasi pendidikan adalah segenap proses pengarahan dan pengintegrasian segala sesuatu baik personel, spiritual dan material yang bersangkut-paut dengan pencapaian tujuan pendidikan.
Dapertemen pendidikan dan kebudayaan RI dikatakan bahwa administrasi pendidikan adalah suatu proses keseluruhan, kegiatan bersama dalam bidang pendidikan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoornasian, pengawasan, pembiayaan, dan pelaporan dengan menggunakan atau memanfaatkan fasilitas yang tersedia, baik personel, material, maupun spiritual untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efesien.
Berdasarkan beberapa pengertian yang telah dikemukakan oleh, maka dapat dipahami bahwa administrasi pendidikan adalah tindakan mengkoordinir perilaku manusia dalam pendidikan, agar sumber daya yang ada dapat ditata sebaik mungkin, sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai secara produktif.
2.      Tujuan Administrasi Pendidikan
Menurut Asnawir (2005:10), Tujuan administrasi pendidikan adalah untuk meningkatkan efesiensi dan efektifitas penyelenggaraan kegiatan operasional pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan. Adapaun yang menjadi tujuan utama pendidikan adalah untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan peserta didik agar menjadi warga Negara yang memiliki kualitas, sesuai dengan cita-cita bangsa berdasarkan pancasila.
3.      Manfaat Administrasi Pendidikan
Menurut Asnawir (20005:12), manfaat administrasi pendidikan adalah sebagai berikut:
a.       Mengangkat derajat kinerja pekerja dan menolong mensukseskan dan memperbaiki kinerja tersebut.
b.      Menciptakan iklim kerja yang baik untuk menerapkan prinsip-prinsip hubungan kemanusiaan yang sehat dengan menekankan penghargaan kepada setiap orang pada lembaga pendidikan  yang bersangkutan.
c.       Mendorong menterjemahkan, merobah pikiran-pikiran dan teori-teori pendidikan menjadi kurikulum, program, metode, media, prosedur dan berbagai aktivitas pendidikan lainnya untuk menempuh jalan yang tepat dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
d.      Berusaha menghubungkan/mempertemukan lembaga pendidikan dengan masyarakat kea rah pengembangan, kemajuan dan kestabilan.
4.      Pengembangan Administrasi Pendidikan terhadap Kepemimpinan Pendidikan
Kepemimpinan di sekolah adalah kepala sekolah. Kepala sekolah yang efektif memiliki beragam kemampuan yang memadai. Secara umum, Duignan (2003; 2004) mengidentifikasi lima kemampuan dasar kepala sekolah yang sifatnya saling bergantungan dan berkaitan. Setiap kemampuan tersebut penting dimiliki oleh setiap kepala sekolah. Kelima kemampuan tersebut meliputi:
a.       Kemampuan pendidikan (educational capabilities);
b.      Kemampuan personal (personal capabilities); 3)
c.       Kemampuan relasional (relational capabilities);
d.      Kemampuan intelektual (intellectual capabilities); dan
e.       Kemampuan keorganisasian (organizational capabilities).
Untuk membentuk kelima dimensi kemampuan kepala sekolah tersebut maka perlu dikembangkan framework sebagai pemandu prosedur dan praktik dari kepemimpinan kepala sekolah. Framework tersebut bersifat bermanfaat baik bagi pemerintah maupun mendukung profesionalitas kepala sekolah di berbagai tingkatan karir. Paparan berikut membahas mengenai pengertian serta karakteristik dan indikator framework dari setiap kemampuan kepemimpinan kepala sekolah.
a.       Kepemimpinan Pendidikan
Kemampuan terkait dengan pendidikan mencakup pengetahuan profesional dan pemahaman mengenai proses pengajaran dan pembelajaran yang menginspirasi komitmen dan pencapaian hasil belajar yang berkualitas bagi peserta didik. Dalam hal ini kepemimpinan kepala sekolah menekankan pada proses belajar peserta didik dan bagaimana mencapai potensi belajar mereka secara optimal.
b.      Kepemimpinan Personal
Kemampuan personal merupakan kekuatan dan kualitas internal yang mendasari tindakan etis dan profesional seorang pemimpin. Terdapat dua karakteristik terkait dengan kemampuan personal. Pertama, kepala sekolah memiliki integritas dan komitmen yang ditunjukkan melalui perilaku etis, moralis dan profesional. Dalam hal ini, kepala sekolah memiliki keteguhan dalam setiap pengambilan keputusan, yaitu mampu menyeimbangkan antara kepentingan pribadi dengan tanggungjawab profesional serta mampu menjadikan dirinya model bagi orang lain. Oleh karena itu, dalam kepemimpinan personal kepala sekolah memiliki kesadaran terhadap nilai dan keyakinan diri dan orang lain, kematangan emosional, dan kesadaran akan dampak perilaku personal mereka terhadap orang lain.
Kedua, kepala sekolah menerima tanggungjawab terhadap tindakan yang dilakukannya terhadap orang lain. Tanggungjawab tersebut ditunjukkan dengan menginsiprasi terbentuknya iklim yang saling menghargai, saling percaya dan saling mendukung, Bersifat sabar, tekun dan teguh, dan berusaha untuk tetap teratur walaupun dihadapkan pada situasi menantang dan rumit.
c.       Kepemimpinan Relasional
Kemampuan relasional merupakan keterampilan interpersonal yang diperlukan untuk mengembangkan dan memelihara kualitas hubungan dengan beragam orang. Dalam hal ini, kepemimpinan relasional dapat diartikan kemampuan kepala sekolah dalam menghargai orang lain. Karakteristik utama dari kepemimpinan relasional misalnya menghargai individu dan berinteraksi dengan orang lain secara menyentuh (sensitively) dan bermartabat, bersikap jujur, apa adanya dan terbuka di dalam interaksi mereka dengan orang lain, menciptakan lingkungan kerja yang dinamis dan suportif dimana orang dapat saling bekerjasama dan saling perhatian.
d.      Kepemimpinan Intelektual
Kemampuan intelektual berkaitan dengan kemampuan berpikir, melakukan penilaian rasional dan pengambilan keputusan secara bijak. Kemampuan ini mendasari peran utama kepala sekolah sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan dan pencapaian misi pendidikan. Oleh karena itu, karakteristik pertama dari kemampuan intelektual adalah memahami dan mempengaruhi agenda stratejik serta memahani perubahan baik dari lingkup lokal, nasional maupun internasional.
e.       Kepemimpinan Organisasi
Kemampuan organisasi berkaitan dengan daya dukung terhadap peningkatan proses yang terjadi di sekolah melalui manajemen sumber daya manusia, keuangan dan sumber daya lainnya secara efektif. Karakteristik utama dari kemampuan ini adalah kepala sekolah dapat menjalankan proses dan struktur sekolah secara efektif dan efisien dalam memimpin dan mengelola kinerja optimal komunitas sekolah.


5.      Pengembangan Administrasi Pendidikan terhadap Pengelolaan Pendidikan
Pengelolaan pendidikan dikenal dengan istilah manajemen pendidikan. Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur, pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen itu. Jadi, manajemen merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan.
Sedangkan menurut Malayu (2006:1), mengemukakan manajemen adalah usaha mencapai tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian manajemen mengadakan kordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penempatan, pengarahan, dan pengendalian.
Dalam ranah aktivitas, implementasi manajemen terhadap pengelolaan pendidikan menurut Sutisna (1985:20) adalah sebagai berikut:
a.       Manajemen Kurikulum
1)      Mengupayakan efektifitas perencanaan
2)      Mengupayakan efektifitas pengorganisasian dan koordinasi
3)      Mengupayakan efektifitas pelaksanaan
4)      Mengupayakan efektifitas pengendalian/pengawasan
b.      Manajemen Personalia
Manajemen ini berkisar pada staff development (teacher development), meliputi:
1)      Training
2)      Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
3)      Inservice Education (Pendidikan Lanjutan)
c.       Manajemen Siswa
1)      Penerimaan Siswa (Daya Tampung, Seleksi)
2)      Pembinaan Siswa (Pengelompokkan, Kenaikan Kelas, Penentuan Program, Ekskul)
3)      Pemberdayaan OSIS
d.      Manajemen Keuangan
Dalam keuangan pengelolaan pendidikan, manajemen harus berlandaskan pada prinsip: efektivitas, efisiensi dan pemerataan .
e.       Manajemen Lingkungan
Urgensi manajemen terhadap lingkungan pendidikan bertujuan dalam merangkul seluruh pihak terkait yang akan berpengaruh dalam segala kebijakan dan keberlangsungan pendidikan. Manajemen ini berupaya mewujudkan cooperation with Society dan stake holder identification.
6.      Pengembangan Administrasi Pendidikan terhadap Sarana Prasarana
Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar, baik yang bergerak, maupun tidak bergerak, agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan denganlancar, teratur, efektif dan efisien.
Jadi, administrasi sarana dan prasarana sekolah adalah seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara  dan sungguh-sungguh serta secara continue terhadap benda-benda pendidikan agar senantiasa siap pakai dalam proses belajar mengajar sehingga efektif dan efisien guna membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan didalamsekolah.
Sarana dan prasarana merupakan sumber utama yang memerlukan penataan sehingga fungsional, aman dan antraktif untuk keperluan proses belajar di sekolah. Teknik penataan sarana prasarana tersebut misalnya:
a.       Tata ruang dan bangunan sekolah
Hubungan antara ruang-ruang yang dibutuhkan dengan pengaturan letaknya pada kurikulum yang berlaku dan tentu saja ini akan memberikan pengaruh terhadap penyusunan jadwal pelajaran. Hal ini perlu diperhatikan antara lain:
1)      Ruang kegiatan belajar ditempatkan dibagian yang paling terang, tetapi tidak silau dan jauh darigangguan atau sumber kebisingingan atau keributan. 
2)       Ruang keterampilan/praktek yang dapat merupakan sumber kebisingan ditempatkan jauh dariruang belajar.
3)      Ruang laboratorium ditempatkan terpisah namun mudah dan cepat terjangkau
7.      Pengembangan Administrasi Pendidikan terhadap Pengawas Pendidikan
Dalam memahami konsep pengawasan, Oteng Sutisna menyatakan bahwa pengawasan adalah sebagai suatu proses fungsi dan prinsip administratif untuk melihat apakah yang terjadi sesuai dengan apa yang semestinya terjadi. Apabila tidak sesuai dengan semestinya maka perlu adanya penyesuaian yang harus dilakukan. Dengan kata lain pengawasan adalah fungsi administratif untuk memastikan bahwa apa yang dikerjakan sesuai dengan rencana yang telah dibuat sebelumnya.
Setidaknya terdapat dua hal yang mendorong perlu adanya pengawasan, yaitu:
a.       Tujuan-tujuan individu atau kelompok kadang-kadang atau pada umumnya  bertentangan dengan tujuan organisasi,
b.      Adanya jangka waktu antara saat tujuan dirumuskan dan pada saat tujuan diwujudkan dalam hal ini umumnya dimungkinkan adanya penyimpangan yang perlu diluruskan. Tindakan pengawasan terdiri dari tiga langkah umum, antara lain:
1)      Mengukur perbuatan atau menyelidiki  apa yang sedang dilakukan,
2)      Membandingkan perbuatan dengan standar yang telah ditetapkan dan menetapkan perbedaannya jika terdapat perbedaan,
3)      Memperbaiki penyimpangan dengan tindakan perbaikan.
Dalam kajian manajemen pendidikan, pembahasan tentang pengawasan menempati posisi yang cukup strategik. Hal ini lebih didasarkan pada alasan bahwa kegiatan pengawasan berfungsi untuk membandingkan antara kondisi yang ada dengan yang seharusnya terjadi. Dengan adanya proses pengawasan yang efektif, maka setiap kali terjadi penyimpangan/penyelewengan dari tujuan awal tentu akan dapat langsung dikoreksi sedini mungkin. Hanya saja jika ditinjau dalam konteks pendidikan, menurut asumsi penulis sepertinya proses pengawasan pendidikan belumlah sepenuhnya dilakukan secara memadai. Setidaknya problem-problem yang ada berupa masih rendahnya kualitas aspek pembelajaran, aspek organisasi, manajemen sekolah dll cukup membuktikan akan asumsi penulis tersebut.
Untuk itulah diperlukan revitalisasi supervisi pendidikan dalam berbagai jenjang. Hal itu bisa dilakukan dengan pendekatan ilmiah, yaitu; pertama, revitalisasi supervisi manajerial dengan menggarap secara serius fungsi-fungsi manajemen sekolah, baik dari lingkup administrasi, penyusunan rencana pengembangan sekolah, manajemen SDM dll. Kedua, revitalisasi supervisi akademik dengan penggarapan secara rigid mengenai penguatan kemampuan guru melaksanakan tugas mengajar, menilai hasil belajar, pembuatan dokumen pembelajaran seperti silabus dan RPP dll yang berkaitan dengan peningkatan kualitas pembelajaran.



C.     PENUTUP
1.      Kesimpulan
Administrasi adalah kegiatan yang menduduki kedudukan sentral di dalam pembinaan dan pengembangan pada setiap kegiatan kerjasama sekelompok manusia, dalam bidang pendidikan juga harus ada administrasi yang mampu mengembangkan dan mencapai tujuan pendidikan.
Untuk mencapai tujuan pendidikan memang sangat dibutuhkan administrasi pendidikan yang  ideal dalam segala bidang. Bidang tersebut misalnya bidang kepemimpinan, pengelola pendidikan, sarana prasarana, pengawasan dsb.
2.      Kritik dan Saran
Saran yang diberikan, agar seluruh petugas pendidikan, pemimpin sekolah, pengawas, pengelola dsb, perlu dibekali ilmu yang berkaitan dengan administrasi terutama para guru yang tidak cukup dengan bekal professional saja. Mereka harus mempunyai berbagai bekal pengetahuan, keterampilan dan keahlian dalam berbagai bidang.

D.     SUMBER
Asnawir. 2005. Administrasi Pendidikan. Padang: IAIN IB Press
Daryanto. 2005. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Malayu. 2006. Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara
Siagian, Sondang P. 1974. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung
Sutisna,Oteng. 1985. Administrasi Pendidikan. Bandung: Angkasa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar